Skip to main content

Keunggulan Bersaing Rumah Sakit Melalui Kualitas Pelayanan, Sistem Informasi dan Etika Kerja Islami

Competitive Advantage dan Information System

 I. Latar Belakang & Pendahuluan

Data Terkait Jumlah Rumah Sakit di Indonesia

  • Sejak tahun 2012 hingga april 2018 terjadi peningkatan jumlah rumah sakit sebesar 5,2%
  • Jumlah rumah sakit tahun 2012 sebanyak 2.083 RS
  • Jumlah rumah sakit per April 2018 sebanyak 2820 RS
Semakin banyaknya rumah sakit membuat mereka saling bersaing untuk mendapatkan pelanggan.

Bahkan di beberapa daerah pertumbuhannya lebih pesat.
  • Pertumbuhan RS di Indonesia sebesar 5,2%
  • Pertumbuhan RS di Jawa Barat dan Jawa Timur  sebesar 7-8%
Hal ini menunjukkan bahwa persaingan rumah sakit di Jawa Timur dan Jawa Barat lebih tinggi lagi.

Latar Belakang

Kuningan merupakan salah satu kabupaten yang ada di Jawa Barat. Meski Kuningan bukan kota besar, ada 8 rumah sakit khusus yang melayani pasien BPJS.

II. Dasar Teori

Competitive Advantage

Keunggulan kompetitif menurut Day dan Wensley memiliki setidaknya dua arti yang berbeda, tetapi saling terkait (Droge et al., 1995). 
  • Makna pertama berfokus pada keunggulan dalam keterampilan dan atau sumber daya
  • Makna kedua terkait dengan keunggulan hasil kinerja
Keunggulan kompetitif merupakan keunggulan atas kompetitor yang diperoleh dengan menawarkan nilai yang lebih besar kepada konsumen daripada competitor (Kotler, 2008).

Keunggulan bersaing bukan hanya sekedar mendapatkan konsumen sebanyak-banyaknya, tetapi bagaimana rumah sakit dapat mengelola semua sumber daya secara lebih efektif sehingga dapat terus mempertahankan posisi terbaik perusahaan.

Sistem Informasi

Untuk memudahkan dan mempercepat pelayanan yang menjadi ujung tombak perusahaan jasa, sistem informasi merupakan solusi yang tepat. 

Penelitian J. Fitzsimmons dan M. Fitzsimmons (1997) dan Furey (1991) menyatakan bahwa layanan berbasis IT dapat meningkatkan layanan dan kepuasan pelanggan. 

Penggunaan komputer diharapkan dapat mempercepat dan meningkatkan akurasi data dan alur pemrosesan sehingga keputusan strategis dapat diambil lebih cepat, yang pada akhirnya meningkatkan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan (Goodhue et al., 1996).

III. Hipotesis

H1: Peningkatan etika kerja Islami akan mampu meningkatkan kualitas pelayanan.

Kualitas suatu layanan ditentukan oleh etika kerja (Maukar, 2015).

Penelitian yang dilakukan oleh Rice (1999) mengungkapkan, berdasarkan prinsip-prinsip Islam, bahwa etika adalah sesuatu yang mendominasi perekonomian dan bukan sebaliknya.

H2: Meningkatkan etika kerja Islami harus menciptakan keunggulan bersaing yang berkelanjutan.

Barutcugil (2004) mengemukakan bahwa perusahaan yang memiliki etika dapat memperoleh beberapa keuntungan antara lain efisiensi, akuntabilitas karyawan, efisiensi komunikasi, dan keunggulan bersaing.

H3: Sistem informasi yang meningkat akan mampu menciptakan pelayanan yang berkualitas.

Zhu (2002) menjelaskan bahwa setelah mencoba dan merasakan layanan berbasis IT berkualitas tinggi, seperti kemudahan penggunaan, penghematan waktu, kemudahan, informasi rekening yang akurat, kemampuan untuk memenuhi sebagian besar kebutuhan, tidak ada risiko gangguan pribadi. Kemudian pelanggan memberikan penilaian yang lebih tinggi untuk kualitas layanan.

H4: Sistem informasi yang meningkat akan mampu menciptakan keunggulan bersaing yang berkelanjutan.

Penggunaan komputer diharapkan dapat mempercepat dan meningkatkan akurasi pemrosesan data dan lalu lintas sehingga keputusan strategis dapat diambil lebih cepat, yang pada akhirnya meningkatkan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan (Goodhue et al., 1997).

H5: Peningkatan kualitas pelayanan harus membentuk keunggulan bersaing yang berkelanjutan.

Poerbantoro (2006) menemukan bahwa kualitas layanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keunggulan bersaing. 

(Bharadwaj et al., 1993). Keahlian dan sumber daya dapat menciptakan layanan berkualitas yang berbeda dari pesaing sehingga tercipta keunggulan kompetitif yang berkelanjutan.

IV. Metode Penelitian

Metode Penelitian

Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada pasien rumah sakit di kuningan. 

Terdapat enam rumah sakit yang menjadi objek penelitian ini, yaitu:
  • RSUD Kuningan
  • RS Wijaya Kusumah
  • RS Juanda Kuningan
  • RSUD El Syifa
  • RSUD Kuningan
  • RSUD Linggarjati Kuningan

Model Penelitian

Jumlah responden yang memenuhi kriteria peneliti yang menjadi peneliti pada saat penelitian dilakukan sebanyak 115 responden.

V. Hasil Penelitian

Nilai Z dalam penelitian ini adalah 1,96

Tingkat kesalahan yang diterima dalam penelitian ini adalah 0,05 atau 5 persen

H1: Peningkatan etika kerja Islami akan mampu meningkatkan kualitas pelayanan.

Nilai 0,474 menunjukkan pengaruh positif etika kerja Islami (X1) terhadap kualitas layanan (Y1). Selain itu, dapat diartikan bahwa semakin tinggi etika kerja Islami maka akan semakin baik pula kualitas pelayanannya.

Nilai t-statistik 6,380 adalah signifikan.

H2: Meningkatkan etika kerja Islami harus menciptakan keunggulan bersaing yang berkelanjutan.

Nilai 0,327 berarti terdapat pengaruh positif etika kerja Islami (X1) terhadap keunggulan kompetitif berkelanjutan (Z1). Selain itu, dapat diartikan bahwa semakin tinggi etika kerja Islami maka akan semakin baik pula keunggulan bersaingnya.

Nilai t-statistik 3,285 adalah signifikan.

H3: Sistem informasi yang meningkat akan mampu menciptakan pelayanan yang berkualitas.

Nilai  0,572 pengaruh positif sistem informasi (X2) terhadap kualitmenunjukkanas layanan (Y1). Selain itu, dapat diartikan bahwa semakin baik sistem informasi maka semakin baik pula kualitas pelayanannya.

Nilai t-statistik 6,101 adalah signifikan.

H4: Sistem informasi yang meningkat akan mampu menciptakan keunggulan bersaing yang berkelanjutan.

Nilai 0.276 menunjukkan adanya pengaruh positif sistem informasi (X2) terhadap kualitas layanan (Y1). Selain itu, dapat diartikan bahwa semakin baik sistem informasi maka kualitas pelayanan semakin meningkat. 

Nilai t-statistik 3,814 adalah signifikan. 

H5: Peningkatan kualitas pelayanan harus membentuk keunggulan bersaing yang berkelanjutan.

Nilai 0,316 menunjukkan pengaruh positif sistem informasi (X2) terhadap keunggulan bersaing berkelanjutan (Z1). Selain itu, dapat diartikan bahwa semakin baik sistem informasi maka semakin besar pula keunggulan bersaing yang berkelanjutan.

Nilai t-statistik 4,248 adalah signifikan. 

VI. Kesimpulan

  • Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, kualitas layanan secara signifikan dapat membentuk keunggulan kompetitif berkelanjutan yang positif.
  • Pasien rumah sakit di Kuningan memandang bahwa etika kerja Islami dan sistem informasi merupakan nilai tambah yang dapat meningkatkan kualitas pelayanan dan membentuk keunggulan kompetitif bagi rumah sakit.

Comments